Rabu, 30 Maret 2011

Lamb of God - Laid to Rest

Marry you - Bruno mars

Capo on second fret
Intro:
D, Em, G, D


D                                                                         
It’s a beautiful night,
                            Em
we’re looking for something dumb to do,
    G                             D
Hey baby, I think I want to marry you.

D
Is it that look in your eyes,
              Em
Or is it this dancing juice?
    G                                 D
Who cares baby, I think I wanna marry you.


D                                                     Em                   
Well I know this little chapel on the boulevard we can go,
            G
No one will know,
     D
Come on girl.

D                                                           Em
Who cares if we're trashed got a pocket full of cash we can blow,
         G                D
Shots of patron, And it's on girl.


D
Don't say no, no, no, no-no;
         Em
Just say yeah, yeah, yeah, yeah-yeah;
          G
And we'll go, go, go, go-go.
          D
If you're ready, like I'm ready.


D
Cause it's a beautiful night,
                            Em
We're looking for something dumb to do.
    G                           D
Hey baby, I think I wanna marry you.

D
Is it the look in your eyes,
              Em
Or is it this dancing juice?
    G                                 D
Who cares baby, I think I wanna marry you.


D                                                Em
I'll go get a ring let the choir bells sing like oooh,
                 G
So whatcha wanna do?
           D
Let's just run girl.

D                                          Em
If we wake up and we wanna break up that's cool.
                  G           D
No, I won't blame you; It was fun girl.


D
Don't say no, no, no, no-no;
         Em
Just say yeah, yeah, yeah, yeah-yeah;
          G
And we'll go, go, go, go-go.
          D
If you're ready, like I'm ready.


D
Cause it's a beautiful night,
                            Em
We're looking for something dumb to do.
    G                           D
Hey baby, I think I wanna marry you.

D
Is it the look in your eyes,
              Em
Or is it this dancing juice?
    G                                 D
Who cares baby, I think I wanna marry you.

D                            Em
Just say I do,
              G
Tell me right now baby,
              D
Tell me right now baby. (x2)


D
Cause it's a beautiful night,
                            Em
We're looking for something dumb to do.
    G                           D
Hey baby, I think I wanna marry you.

D
Is it the look in your eyes,
              Em
Or is it this dancing juice?
    G                                 D
Who cares baby, I think I wanna marry you.

History

GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL

Sejarah Lahirnya Gerakan

Pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia sedang bertempur melawan pasukan Austria dalam suatu peperangan yang mengerikan. Pada hari yang sama, seorang pemuda warganegara Swiss, Henry Dunant , berada di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. Puluhan ribu tentara terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang menjadi korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong mereka.

Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan dan pengalaman tersebut kedalam sebuah buku berjudul "Kenangan dari Solferino", yang menggemparkan seluruh Eropa. Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan dua gagasan:
  • Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional , yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
  • Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat perang.
Pada tahun 1863, empat orang warga kota Jenewa bergabung dengan Henry Dunant untuk mengembangkan gagasan pertama tersebut. Mereka bersama-sama membentuk "Komite Internasional untuk bantuan para tentara yang cedera", yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC).
Dalam perkembangannya kelak untuk melaksanakan kegiatan kemanusiaan di setiap negara maka didirikanlah organisasi sukarelawan yang bertugas untuk membantu bagian medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut yang sekarang disebut Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.

Berdasarkan gagasan kedua, pada tahun 1864, atas prakarsa pemerintah federal Swiss diadakan Konferensi Internasional yang dihadiri beberapa negara untuk menyetujui adanya "Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang". Konvensi ini kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun 1949 atau juga dikenal sebagai Konvensi Palang Merah. Konvensi ini merupakan salah satu komponen dari Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan bantuan korban perang.


Kembali ke atas


PALANG MERAH INTERNASIONAL
  • Komite Internasional Palang Merah / International Committee of the Red Cross (ICRC), yang dibentuk pada tahun 1863 dan bermarkas besar di Swiss. ICRC merupakan lembaga kemanusiaan yang bersifat mandiri, dan sebagai penengah yang netral. ICRC berdasarkan prakarsanya atau konvensi-konvensi Jenewa 1949 berkewajiban memberikan perlindungan dan bantuan kepada korban dalam pertikaian bersenjata internasional maupun kekacauan dalam negeri. Selain memberikan bantuan dan perlindungan untuk korban perang, ICRC juga bertugas untuk menjamin penghormatan terhadap Hukum Perikemanusiaan internasional.
  • Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, yang didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176 Perhimpunan Nasional, termasuk Palang Merah Indonesia. Kegiatan perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana, pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi darah. Persyaratan pendirian suatu perhimpunan nasional diantaranya adalah :
    • mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi peserta Konvensi Jenewa
    • menjalankan Prinsip Dasar Gerakan
    Bila demikian ICRC akan memberi pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
  • Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah / International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC), Pendirian Federasi diprakarsai oleh Henry Davidson warganegara Amerika yang disahkan pada suatu Konferensi Internasional Kesehatan pada tahun 1919 untuk mengkoordinir bantuan kemanusiaan, khususnya saat itu untuk menolong korban dampak paska perang dunia I dalam bidang kesehatan dan sosial. Federasi bermarkas besar di Swiss dan menjalankan tugas koordinasi anggota Perhimpunan Nasional dalam program bantuan kemanusiaan pada masa damai, dan memfasilitasi pendirian dan pengembangan organisasi palang merah nasional.
Kembali ke atas


PERTEMUAN ORGANISASI PALANG MERAH INTERNASIONAL
Sesuai dengan Statuta dan Anggaran Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah menyebutkan empat tahun sekali diselenggarakan Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Internasional Red Cross Conference) . Konferensi ini dihadiri oleh seluruh komponen Gerakan Palang Merah Internasional ( ICRC, perhimpunan nasional dan Federasi Internasional ) serta seluruh negara peserta Konvensi Jenewa. Konferensi ini merupakan badan tertinggi dalam Gerakan dan mempunyai mandat untuk membahas dan memutuskan semua ketentuan internasional yang berkaitan dengan kegiatan kemanusiaan kepalangmerahan yang akan menjadi komitmen semua peserta.

Dua tahun sekali , Gerakan Palang Merah Internasional juga mengadakan pertemuan Dewan Delegasi (Council of Delegates) , yang anggotanya terdiri atas seluruh komponen Gerakan. Dewan Delegasi akan membahas permasalahan yang akan dibawa dalam konferensi internasional. Suatu tim yang dibentuk secara khusus untuk menyiapkan pertemuan selang antar konferensi internasional yaitu Komisi Kerja (Standing Commission).

Bersamaan dengan pertemuan tersebut khusus untuk Federasi Internasional dan anggota perhimpunan nasional juga mengadakan pertemuan Sidang Umum (General Assembly) sebagai forum untuk membahas program kepalangmerahan dan pengembangannya.


Kembali ke atas


KOMITMEN KEMANUSIAAN
Berikut adalah garis besar program kemanusiaan kepalangmerahan yang terakomodasi antara lain dalam kesepakatan Federasi Internasional (Strategi 2010) ; Komitmen Regional anggota Perhimpunan (Deklarasi Hanoi ) dan kesepakatan Konferensi Internasional (Plan of Action).
  • STRATEGI 2010
  • Strategi 2010 (S-2010) adalah seperangkat strategi Federasi Internasional dalam menghadapi tantangan kemanusiaan pada dekade menantang. Dokumen yang diadopsi Sidang Umum pada tahun 1999 ini menjabarkan misi Federasi yaitu: "memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan dengan memobilisasi kekuatan kemanusiaan". Tiga tujuan utama yang strategis adalah:
    • Memperbaiki Hajat Hidup masyarakat Rentan
    • Strategi ini terfokus melalui empat bidang inti, yaitu:
      • Promosi Prinsip-Prinsip dasar Gerakan dan nilai-nilai kemanusiaan;
      • Penanggulangan Bencana;
      • Kesiapsiagaan penanggulangan bencana; dan
      • Kesehatan dan perawatan di masyarakat.
      Keempat bidang ini adalah suatu paket yang integral dan saling terkait satu sama lain, yang memiliki dua dimensi yaitu pelayanan dan advokasi.
    • Memobilisasi Kekuatan Kemanusiaan
    • Pengerahan kapasitas organisasi untuk pelayanan ini akan terjadi bila perhimpunan nasional berfungsi dengan baik. Artinya ada mekanisme organisasi, pengembangan kapasitas, memobilisi sumber keuangan dengan mengembangkan kemitraan dan mengoptimalkan komunikasi dalam Perhimpunan Nasional.
    • Bekerjasama Secara Efektif
    • Adanya perhimpunan nasional yang kuat akan membentuk sebuah Federasi yang kuat , efektif dan efisien yaitu dengan mengembangkan kerjasama subregional dan mengimplementasikan strategi gerakan, kemitraan dengan organisasi internasional lain, memobilisasi publik dan advokasi penentu kebijakan serta mengkomunikasikan pesan-pesan dan misi Federasi Internasional.
  • DEKLARASI HANOI “United for Action”
  • Dokumen ini disahkan melalui Konferensi Regional V di Hanoi, Vietnam pada tahun 1998, yang disepakati oleh 37 perhimpunan nasional se Asia Pasifik dan Timur Tengah yang bertekad , walau beragam budaya, geografis dan latar belakang lain, untuk bersatu demi suatu aksi kemanusiaan. Kecenderungan bencana alam serta krisis moneter secara global telah melanda wilayah regional dan berdampak pada permasalahan imigrasi penduduk karena menghendaki perbaikan hidup, krisis ekonomi yang menyebabkan angka pengangguran yang semakin meningkat serta berjangkitnya wabah penyakit. Hal ini menjadi tantangan bagi Palang Merah untuk membantu meringankan penderitaan umat manusia. Deklarasi Hanoi memfokuskan penanganan program pada isu-isu berikut: + Penanggulangan bencana + Penanganan wabah penyakit + Remaja dan Manula + Kemitraan dengan pemerintah + Organisasi dan Manajemen kapasitas sumber daya + Hubungan masyarakat dan promosi
http://www.ifrc.org/en/who-we-are/history/

About International comitte of the red cross

History of the ICRC

29-10-2010 Overview

Since its creation in 1863, the ICRC's sole objective has been to ensure protection and assistance for victims of armed conflict and strife. It does so through its direct action around the world, as well as by encouraging the development of international humanitarian law (IHL) and promoting respect for it by governments and all weapon bearers. Its story is about the development of humanitarian action, the Geneva Conventions and the Red Cross and Red Crescent Movement.

The founding

What was to become the International Committee of the Red Cross met for the first time in February 1863 in Geneva, Switzerland. Among its five members was a local man named Henry Dunant who, the year before, had published a crusading book (A Souvenir of Solferino) calling for improved care for wounded soldiers in wartime.
By the end of the year the committee had brought together government representatives to agree on Dunant's proposal for national relief societies, to help military medical services. And in August 1864 it persuaded governments to adopt the first Geneva Convention. This treaty obliged armies to care for wounded soldiers, whatever side they were on, and introduced a unified emblem for the medical services: a red cross on a white background.
The ICRC's primary role was a coordinating one. But it gradually became more involved in field operations, as the need for a neutral intermediary between belligerents became apparent. Over the following 50 years, the ICRC expanded its work while national societies were established (the first in the German State of Württemberg in November 1863) and the Geneva Convention was adapted to include warfare at sea.

First World War, 1914-18

At the outbreak of the First World War, based on experience in other conflicts, the ICRC opened a Central Prisoners of War Agency in Geneva, to restore links between captured soldiers and their families.
It continued to innovate: its visits to prisoners of war grew during this period and it intervened over the use of arms that caused extreme suffering – in 1918 it called on belligerents to renounce the use of mustard gas. That same year it visited political prisoners for the first time, in Hungary.
The national societies themselves undertook an unprecedented mobilization that saw volunteers running ambulance services on the battlefield and caring for the wounded in hospitals. For the Red Cross in many countries, it was their finest hour.

1918-1939

After the war, many national societies felt that, with the coming of peace and hopes for a new world order, the role of the Red Cross had to change. In 1919, they founded the League of Red Cross Societies, intended as the future coordinating and support body for the Movement. But conflicts during the 1920s and 1930s emphasized the need for a neutral intermediary, and the ICRC remained active – increasingly outside Europe (Ethiopia, South America, the Far East) and in civil wars (notably in Spain).
The ICRC persuaded governments to adopt a new Geneva Convention in 1929 to provide greater protection for prisoners of war. But despite the obvious broader threats posed by modern warfare, it was unable to have them agree on new laws to protect civilians in time to prevent the atrocities of World War II.

Second World War, 1939-45

The Second World War saw a huge expansion of activities as the organisation tried to work to assist and protect victims on all sides. The ICRC and the League worked together to ship relief supplies across the globe, reaching both prisoners of war and civilians. ICRC delegates visited POWs around the world and helped exchange millions of Red Cross Messages between family members. For years after the war, the ICRC dealt with requests for news about missing loved ones.
However, this period also saw the ICRC's greatest failure: its lack of action on behalf of victims of the Holocaust and other persecuted groups. Lacking a specific legal basis, bound by its traditional procedures and hindered in its ability to act by its ties with the Swiss establishment, it was unable to take decisive action or to speak out. It was left to individual ICRC delegates to do what they could to save groups of Jews.

Since 1945

Since 1945 the ICRC has continued to urge governments to strengthen international humanitarian law – and to respect it. It has sought to deal with the humanitarian consequences of the conflicts that have marked the second half of the 20th century – starting with Israel and Palestine in 1948.
In 1949, at the ICRC's initiative, states agreed on the revision of the existing three Geneva Conventions (covering wounded and sick on the battlefield, victims of war at sea, prisoners of war) and the addition of a fourth: to protect civilians living under enemy control. The Conventions provide the ICRC's main mandate in situations of armed conflict.
And in 1977, two Protocols to the Conventions were adopted, the first applicable to international armed conflicts, the second to internal ones – a major breakthrough. The Protocols also laid down rules concerning the conduct of hostilities.